Sebelum baca
Jilid 2, baca dulu ya jilid 1...
http://moernariadi.blogspot.com/2013/04/jilid-1_5963.html
Satu bulan
kemudia aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaan aku sebagai sales. Banyak
pengalaman yang aku dapat saat menjadi sales, mulai dari bagaimana ber
attitude, positive thinking dan excited. Pada akhirnya aku tidak memiliki
pekerjaan dan penghasilan.
Satu tahun
kemudia, ayah aku membangun tiga toko, dua toko di gunakan untuk ayah aku
berjualan isi ulang air minum dan satunya lagi di gunakan untuk jualan alat
tulis kantor yang dikelolah oleh kakak aku, sedangkan satu toko lagi di
kontrakan. Karna aku sedang tidak kerja, maka aku membatu kakak aku untuk
mengelolah toko, pada saat itu listrik toko tersebut belum terpasang. Kami
hanya berjualan alat tulis kantor dan alat-alat listrik. Saat matahari terbit
di atas kepala, aku pun bersiap-siap segera membuka toko. Aku membuka toko jam
08.00 di saat matahari terbit dan menutup nya pada saat matahari terbenam.
Seharian aku di toko malam hari nya aku harus kulia. Jarak rumah dengan toko
hanyak melewati 5 rumah, setelah menutup toko sekitar jam 5 sore, aku pun
segera bersiap-siap berangkat ke kampus dengan mengendarai sepeda motor.
Selelah toko berjalan sekitaran 3 minggu, listrik terpasang. Tapi tetep aku
hanya menunggu toko dari jam 8 pagi samapai jam 5 sore. Kegiatan keseharian aku
hanyak menjaga toko di pagi hari, malam harinya aku harus kulia.
Setelah tiga
toko di bangun oleh orang tua aku, ayah tak kunjung berhenti, ayah membangun
toko lagi yang jarak nya pun dari rumah aku tak jauh, sekitar 3 rumah dari
toko. Pembangunan toko hampir selesai, ayah aku tiba-tiba jatuh sakit, lalu di
larikan ke Rumah sakit setelah di rawat kurang dari 1 minggu ayah meminta untuk
pulang dan di rawat di rumah. Setelah di bawa ke rumah kondisi ayah tak kunjung
membaik pada akhirnya di larikan lagi ke RSCM. Aku dan keluarga aku merawat
ayah dengan kesabaran dan keiklasan. Ibu tak mengenal lelah dan letih sedikit
pun untuk menemani ayah yang sedang terbaring lemah tak berdaya di RS. Sekitar
1 minggu ayah di rawat di RSCM aya meminta pulang. Aku sekeluarga pun sepakat
untuk merawat di rumah dan mencari pengobatan Alternatif. Dan ternyata semua
yang aku sekeluarga coba tak menunjukan hasil yang baik, pada akhirnya keluarga
aku membawa nya kembali ke RS cengkarang. Ayah langsung di bawa ke UGD, lalu
dokter melihat kondisi ayah. Dokter yang menangani pada saat itu menyerah, dia
berkata. “Ayah anda sudah tidak ada rangsangan dalam tubuh nya, harus di
tempatkan di kamar ICU, sedangkan kamar ICU di sini sudah penuh semua”. Menurut
dokter kamar ICU nya sudah penuh kami pun sekeluarga pulang. Tidak sampai di
situ perjuangan aku dan keluarga,untuk kesembuhan ayah kami pun terus
memperjuangan untuk kesembuhan ayah. Keluarga sudah berusaha semaksimal mungkin
agar ayah sembuh. Setelah tidak di terima di salah satu rumah sakit dengan
alasan ruang ICU nya penuh, akhirnya ayah di rawat di rumah. Sekitar satu
minggu di rumah, kondisi ayah semakin hari semakin memburuk. Keluarga
memutuskan untuk membawa ayah ke RS dan di infuse agar mendapat cairan dalam
tubuhnya.
“Ayah di
rawat di RS yu?” sambil di angkat kedalam mobil
“Enga mau
ah, nanti kalau ayah meninggal di rumah sakit tidak ada yang tau”
“Udah, ayah
tidak usah mikir ke sana?”sambil memaksa ayah dan memasukan ayah ke dalam mobil
Setelah
sampai di RS ayah langsung di tangani oleh RS yang bersangkutan, kondisi ayah
memburuk, hanya makan-makanan yang berbentuk cairan yang bisa ayah makan. Hari
berikutnya dokter menyarankan untuk memasang selang di hudung. Pada saat dokter
memasuk kan selang ke dalam hidung aku hanya berkata “ya allah sembuhkan ayah”.
Dengan berjalanya waktu kondisi nya bukan semakin membaik tapi memburuk. Untuk
buang air kecil pun ayah menggunakan selang. setiap hari dokter selalu mengecek
kondisi ayah dan setiap hari juga ayah di berikan obat berbentuk cairan. Aku
dan keluarga tak pernah mengenal lelah sedikit pun untuk kesembuhan ayah. Aku
berbagi jadwal kepada ibu, kakak dan adik aku untuk menjaga dan merawat ayah di
RS.
Dan pada
akhirnya dokter bilang “Ayah kami harus cuci darah” keluarga besar aku terkecut
setelah dokter berkata seperti itu. 2 hari kemudia, kondisi ayah memburuk.
Jumat 12 Februari 2010, aku tidak menemani ayah di rumah sakit, karna besok
hari nya aku harus sidang tugas akhir. Dalam hati aku berkata “aku takut klau
aku sidang besok terus tiba-tiba ayah aku meninggal” rencana malam harinya aku
ingin memohon restu kepada ayah agar sidang tugas akhir aku lancar, tapi
kerjaan aku belum selesai, aku harus mempersiapakan untuk besok sidang tugas
akhir. Malam hari ayah, menanyakan aku, ibu,kakak dan keluarga aku yang lainya.
Karna waktu sudah cukup malam untuk aku dan ibu aku ke RS aku berencana santu
13 Februari akan ke RS.
Di saat ayam
berkokok menandakan pagi telah datang, dan azan subuh berkumandang, ayah
menghembuskan nafas terakhir di saat orang sedang terlelap tidur. Ternyata
perkataan ayah aku benar, tanpa di sadari perkataan ayah benar “tidak mau di
rawat lagi di RS, nanti kalau dia meninggal tidak ada yang tau”.
Telpon terdering
di telinga, membawa kabar yang tak di duga “Halo!!ayah sudah tidak ada lagi”
tangis keluarga aku meledak, ibu, kakak, adik, nenek yang pada saat itu sedang
tidur di ruang tamu terbangun setelah mendapat kabar buru. Pada saat itu aku
terkejut sekali karna siang harinya pukul 09.00 aku ada jadwal sidang tugas
akhir. Pada akhirnya aku telpon dosen aku.“bu, ayah aku meninggal bisa tidak
kalau sidang nya di tunda jam nya aja” jawab dosen aku “ tidak bisa, ya paling
kamu harus nunggu satu semester lagi”. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi
sidang tugas akhir.
Sekitar
Pukul 07.00 mobil ambulan tiba di rumah duka, pada saat renazah di turunkan
keluarga tak kuasa menerima kenyataan bahwa ayah pulang sudah tidak bernyawa,
tangis para keluarga meledak saat jenazah di turukan, hujan besar sepertinya
bumi pun menyaksikan kepergian ayah . Aku pun langsung berwudhu membacakan
surat yasin dan mendoakan ayah. Setelah aku selesai membaca yasin aku pun mulai
bersiap-siap untuk melaksanakan tugas aku. Tugas selama aku kulia 3 tahun, tapi
aku harus di hadapkan dengan kesedihan. Setelah aku bersiap-siap tanpa merias
diri aku memohon doa kepada sang ayah yang sudak tak bernyawa dan terbaring di
tutup kain panjang “ayah aku mau sidang tugas akhir, klau aku enga datang aku
tidak mau menunggu satu semester lagi, aku janji suatu saat aku akan buat ibu
dan ayah bangga sama aku, aku mohon ijin ayah” sambil membisikkan di telinga
ayah.
Sekitar 1
jam aku sampai di kampus tempat aku sidang dengan mata merah dan sembap, aku
masuk ruangan dan di dalam ruangan sudah dua orang menguji menunggu aku, aku
langsung persentasi tugas akhir. Persentasi aku pun berantakan karna aku
terbayang-bayang ayah. Tugas akhir aku membuat program aplikasi, pada saat
persentasi lalu program aku di jalankan. Ada satu program yang tidak jalan atau
tidak bisa pada saat aku persentasikan.
“ kenapa
program nya tidak jalan yang satu?”
“ maaf ibu
dan bapak, semalam aku bulum mempersiapakan sepenuhnya, sejujurnya hari ini aku
tidak konsen karena ayah meninggal hari ini”
“ Loh…ko
kamu datang, kalau ayah kamu meninggal? Terus meninggal nya kapan?”
“ hari ini
bu, tadi pukul 07.00 ayah tibah di rumah, kalau aku enga datang hari ini untuk
sidang tugas akhir, aku harus nunggu satu semester aku enga mau bu”
“Oke, tapi ini
pilihan kamu uda datang ke sini, seharusnya kamu konsentrasi dong?”
“Iya bu, Aku
mengerti ini uda pilihan aku”
“Memang ayah
sakit apa?”
“Awalnya
paru-paru, tapi setelah di rawat di RS, jadi komplikasi mungkin karna sudah
tua?”
“Terus kamu
sudah lihat ayah kamu”
“Sudah bu,
sebelum berangkat jenazah nya sudah di rumah”
“Ohh, ya
sudah persentasi nya selesai, yang sabar ya kamu?”
“Ya bu,
terimakasih. Maaf banget ya bu, kalau hari ini aku tidak konsentrasi”
Setelah
persentasi sekitar 45 menit aku keluar dari ruang, dengan agak sedikit lega
perasaan aku setelah sidang tugas akhir. Akhirnya kau pun langsung pulang.
Dengan kondisi jalan yang tidak menungkinkan untuk mengenadarain motor dengan
curah hujan yang deras tanpa mantel hujan aku mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan sedang. Satu jam kemudian tiba lah aku di rumah, ayah aku sudah
selesai di solat kan. aku pun langsung menganti pakaian yang basah. Aku tak
bisa melihat pada saat ayah di bandikan, dikafankan dan di solatkan. Aku hanya
melihat ayah pada saat jenazah nya tiba pertama kali di rumah. Sambil menunggu
hujan berhenti keluarga dan para pelayat terus membacakan yasin. Sekitar 30
menit setelah di solatkan alhamdulilah hujan berhenti, akhirnya ayah di makam
kan, di makam keluar yang jarak nya tidak jauh dari rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar