Rabu, 27 November 2013

JILID 2


Sebelum baca Jilid 2, baca dulu ya jilid 1...
http://moernariadi.blogspot.com/2013/04/jilid-1_5963.html

Satu bulan kemudia aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaan aku sebagai sales. Banyak pengalaman yang aku dapat saat menjadi sales, mulai dari bagaimana ber attitude, positive thinking dan excited. Pada akhirnya aku tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan.

Satu tahun kemudia, ayah aku membangun tiga toko, dua toko di gunakan untuk ayah aku berjualan isi ulang air minum dan satunya lagi di gunakan untuk jualan alat tulis kantor yang dikelolah oleh kakak aku, sedangkan satu toko lagi di kontrakan. Karna aku sedang tidak kerja, maka aku membatu kakak aku untuk mengelolah toko, pada saat itu listrik toko tersebut belum terpasang. Kami hanya berjualan alat tulis kantor dan alat-alat listrik. Saat matahari terbit di atas kepala, aku pun bersiap-siap segera membuka toko. Aku membuka toko jam 08.00 di saat matahari terbit dan menutup nya pada saat matahari terbenam. Seharian aku di toko malam hari nya aku harus kulia. Jarak rumah dengan toko hanyak melewati 5 rumah, setelah menutup toko sekitar jam 5 sore, aku pun segera bersiap-siap berangkat ke kampus dengan mengendarai sepeda motor. Selelah toko berjalan sekitaran 3 minggu, listrik terpasang. Tapi tetep aku hanya menunggu toko dari jam 8 pagi samapai jam 5 sore. Kegiatan keseharian aku hanyak menjaga toko di pagi hari, malam harinya aku harus kulia.

Setelah tiga toko di bangun oleh orang tua aku, ayah tak kunjung berhenti, ayah membangun toko lagi yang jarak nya pun dari rumah aku tak jauh, sekitar 3 rumah dari toko. Pembangunan toko hampir selesai, ayah aku tiba-tiba jatuh sakit, lalu di larikan ke Rumah sakit setelah di rawat kurang dari 1 minggu ayah meminta untuk pulang dan di rawat di rumah. Setelah di bawa ke rumah kondisi ayah tak kunjung membaik pada akhirnya di larikan lagi ke RSCM. Aku dan keluarga aku merawat ayah dengan kesabaran dan keiklasan. Ibu tak mengenal lelah dan letih sedikit pun untuk menemani ayah yang sedang terbaring lemah tak berdaya di RS. Sekitar 1 minggu ayah di rawat di RSCM aya meminta pulang. Aku sekeluarga pun sepakat untuk merawat di rumah dan mencari pengobatan Alternatif. Dan ternyata semua yang aku sekeluarga coba tak menunjukan hasil yang baik, pada akhirnya keluarga aku membawa nya kembali ke RS cengkarang. Ayah langsung di bawa ke UGD, lalu dokter melihat kondisi ayah. Dokter yang menangani pada saat itu menyerah, dia berkata. “Ayah anda sudah tidak ada rangsangan dalam tubuh nya, harus di tempatkan di kamar ICU, sedangkan kamar ICU di sini sudah penuh semua”. Menurut dokter kamar ICU nya sudah penuh kami pun sekeluarga pulang. Tidak sampai di situ perjuangan aku dan keluarga,untuk kesembuhan ayah kami pun terus memperjuangan untuk kesembuhan ayah. Keluarga sudah berusaha semaksimal mungkin agar ayah sembuh. Setelah tidak di terima di salah satu rumah sakit dengan alasan ruang ICU nya penuh, akhirnya ayah di rawat di rumah. Sekitar satu minggu di rumah, kondisi ayah semakin hari semakin memburuk. Keluarga memutuskan untuk membawa ayah ke RS dan di infuse agar mendapat cairan dalam tubuhnya.
“Ayah di rawat di RS yu?” sambil di angkat kedalam mobil
“Enga mau ah, nanti kalau ayah meninggal di rumah sakit tidak ada yang tau”
“Udah, ayah tidak usah mikir ke sana?”sambil memaksa ayah dan memasukan ayah ke dalam mobil

Setelah sampai di RS ayah langsung di tangani oleh RS yang bersangkutan, kondisi ayah memburuk, hanya makan-makanan yang berbentuk cairan yang bisa ayah makan. Hari berikutnya dokter menyarankan untuk memasang selang di hudung. Pada saat dokter memasuk kan selang ke dalam hidung aku hanya berkata “ya allah sembuhkan ayah”. Dengan berjalanya waktu kondisi nya bukan semakin membaik tapi memburuk. Untuk buang air kecil pun ayah menggunakan selang. setiap hari dokter selalu mengecek kondisi ayah dan setiap hari juga ayah di berikan obat berbentuk cairan. Aku dan keluarga tak pernah mengenal lelah sedikit pun untuk kesembuhan ayah. Aku berbagi jadwal kepada ibu, kakak dan adik aku untuk menjaga dan merawat ayah di RS.

Dan pada akhirnya dokter bilang “Ayah kami harus cuci darah” keluarga besar aku terkecut setelah dokter berkata seperti itu. 2 hari kemudia, kondisi ayah memburuk. Jumat 12 Februari 2010, aku tidak menemani ayah di rumah sakit, karna besok hari nya aku harus sidang tugas akhir. Dalam hati aku berkata “aku takut klau aku sidang besok terus tiba-tiba ayah aku meninggal” rencana malam harinya aku ingin memohon restu kepada ayah agar sidang tugas akhir aku lancar, tapi kerjaan aku belum selesai, aku harus mempersiapakan untuk besok sidang tugas akhir. Malam hari ayah, menanyakan aku, ibu,kakak dan keluarga aku yang lainya. Karna waktu sudah cukup malam untuk aku dan ibu aku ke RS aku berencana santu 13 Februari akan ke RS.

Di saat ayam berkokok menandakan pagi telah datang, dan azan subuh berkumandang, ayah menghembuskan nafas terakhir di saat orang sedang terlelap tidur. Ternyata perkataan ayah aku benar, tanpa di sadari perkataan ayah benar “tidak mau di rawat lagi di RS, nanti kalau dia meninggal tidak ada yang tau”.

Telpon terdering di telinga, membawa kabar yang tak di duga “Halo!!ayah sudah tidak ada lagi” tangis keluarga aku meledak, ibu, kakak, adik, nenek yang pada saat itu sedang tidur di ruang tamu terbangun setelah mendapat kabar buru. Pada saat itu aku terkejut sekali karna siang harinya pukul 09.00 aku ada jadwal sidang tugas akhir. Pada akhirnya aku telpon dosen aku.“bu, ayah aku meninggal bisa tidak kalau sidang nya di tunda jam nya aja” jawab dosen aku “ tidak bisa, ya paling kamu harus nunggu satu semester lagi”. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi sidang tugas akhir.

Sekitar Pukul 07.00 mobil ambulan tiba di rumah duka, pada saat renazah di turunkan keluarga tak kuasa menerima kenyataan bahwa ayah pulang sudah tidak bernyawa, tangis para keluarga meledak saat jenazah di turukan, hujan besar sepertinya bumi pun menyaksikan kepergian ayah . Aku pun langsung berwudhu membacakan surat yasin dan mendoakan ayah. Setelah aku selesai membaca yasin aku pun mulai bersiap-siap untuk melaksanakan tugas aku. Tugas selama aku kulia 3 tahun, tapi aku harus di hadapkan dengan kesedihan. Setelah aku bersiap-siap tanpa merias diri aku memohon doa kepada sang ayah yang sudak tak bernyawa dan terbaring di tutup kain panjang “ayah aku mau sidang tugas akhir, klau aku enga datang aku tidak mau menunggu satu semester lagi, aku janji suatu saat aku akan buat ibu dan ayah bangga sama aku, aku mohon ijin ayah” sambil membisikkan di telinga ayah.

Sekitar 1 jam aku sampai di kampus tempat aku sidang dengan mata merah dan sembap, aku masuk ruangan dan di dalam ruangan sudah dua orang menguji menunggu aku, aku langsung persentasi tugas akhir. Persentasi aku pun berantakan karna aku terbayang-bayang ayah. Tugas akhir aku membuat program aplikasi, pada saat persentasi lalu program aku di jalankan. Ada satu program yang tidak jalan atau tidak bisa pada saat aku persentasikan.
“ kenapa program nya tidak jalan yang satu?”
“ maaf ibu dan bapak, semalam aku bulum mempersiapakan sepenuhnya, sejujurnya hari ini aku tidak konsen karena ayah meninggal hari ini”
“ Loh…ko kamu datang, kalau ayah kamu meninggal? Terus meninggal nya kapan?”
“ hari ini bu, tadi pukul 07.00 ayah tibah di rumah, kalau aku enga datang hari ini untuk sidang tugas akhir, aku harus nunggu satu semester aku enga mau bu”
“Oke, tapi ini pilihan kamu uda datang ke sini, seharusnya kamu konsentrasi dong?”
“Iya bu, Aku mengerti ini uda pilihan aku”
“Memang ayah sakit apa?”
“Awalnya paru-paru, tapi setelah di rawat di RS, jadi komplikasi mungkin karna sudah tua?”
“Terus kamu sudah lihat ayah kamu”
“Sudah bu, sebelum berangkat jenazah nya sudah di rumah”
“Ohh, ya sudah persentasi nya selesai, yang sabar ya kamu?”
“Ya bu, terimakasih. Maaf banget ya bu, kalau hari ini aku tidak konsentrasi”

Setelah persentasi sekitar 45 menit aku keluar dari ruang, dengan agak sedikit lega perasaan aku setelah sidang tugas akhir. Akhirnya kau pun langsung pulang. Dengan kondisi jalan yang tidak menungkinkan untuk mengenadarain motor dengan curah hujan yang deras tanpa mantel hujan aku mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang. Satu jam kemudian tiba lah aku di rumah, ayah aku sudah selesai di solat kan. aku pun langsung menganti pakaian yang basah. Aku tak bisa melihat pada saat ayah di bandikan, dikafankan dan di solatkan. Aku hanya melihat ayah pada saat jenazah nya tiba pertama kali di rumah. Sambil menunggu hujan berhenti keluarga dan para pelayat terus membacakan yasin. Sekitar 30 menit setelah di solatkan alhamdulilah hujan berhenti, akhirnya ayah di makam kan, di makam keluar yang jarak nya tidak jauh dari rumah.




Tidak ada komentar: